Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, pernah menasihati Ali R.A :
“Jangan kamu ikuti pandangan pertamamu dengan pandangan kedua dan selanjutnya. Milik kamu adalah pandangan yang pertama, tetapi bukan pandangan yang kedua”.
Dalam musnad Ahmad, disebutkan, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda :
“Pandangan adalah panah beracun dari panah-panah Iblis. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya dari melihat wanita yang cantik karena Allah, maka Allah akan mewariskan dalam hatinya kemanisan iman sampai hari kiamat”.
Penglihatan adalah sumber dari segala bencana yang menimpa diri manusia. Penglihatan melahirkan lamunan atau khayalan, dan khayalan melahirkan pemikiran, pikiran melahirkan syahwat, dan syahwat melahirkan kemahuan, kemahuan itu lantas akan membuat terjadinya apa yang tidak sepatutnya terjadi.
Bahaya memandang yang haram adalah timbulnya penderitaan dalam diri seseorang. Karena tak mampu menahan gejolak jiwanya yang diterpa nafsu. Akibat selanjutnya adalah seorang hamba akan melihat sesuatu yang tidak akan tahan dilihatnya. Ini adalah sesuatu yang menyiksa, yang paling pedih, jangankan melihat semuanya, melihat sebagian saja tak akan mampu menahan gejolak jiwanya.
Pandangan seseorang adalah panah yang berbisa. Namun, yang sangat mengherankan, belum sampai panah itu mengenai apa yang ia lihat, panah itu telah mengenai hati orang yang melihat.
Sebuah hikmah yang mengatakan, “Sesungguhnya menahan pandangan-pandangan kepada yang haram lebih ringan daripada menahan penderitaan yang akan ditimbulkan terus menerus”.
Jagalah matamu, dan jangan engkau kotori walaupun setitik debu dosa yang akan mengantarkan dirimu kepada kebinasaan (Neraka), karena pengkhianatan kepada Allah Azza Wa Jalla. Matamu adalah anugerah untuk mengenal-Nya, dan kemudian beribadah kepada-Nya, menggapai ridho-Nya. Jangan dengan matamu itu, engkau campakkan dirimu ke dalam nafsu durhaka, yang membinasakan.
Betapa banyak manusia yang mulia, berakhir dengan nestapa dan hina, karena tidak dapat mengendalikan matanya. Matanya tidak dapat lagi menyebabkan seseorang menjadi bersyukur atas anugerah nikmat, yang tak terbatas, yang tak terhingga, bagaikan sinar matahari, yang selalu menerangi alam kehidupannya.
Tetapi, karena matanya yang sudah penuh dengan hamparan nafsu itu, hidup menjadi penuh dengan kekotoran,yang mengarahkan seluruh kehidupannya hanya diisi dengan segala pengkhianatan terhadap Rabbnya.
Sama-samalah kita renungkannya ...