Pengenalan
Rasulullah
merupakan utusan yang terbaik yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada
penganutnya yang mana merupakan satu anugerah yang tidak ternilai harganya.
Sebagai pemberi tunjuk jalan kepada orang Islam Nabi Muhammad diwahyukan oleh
Allah SWT dengan Al Quran dan juga sunnah yang perlu diikuti. Setiap gerak-geri
dan perlakuan Rasulullah dikira mendapat pahala jika dilakukan.
Rasulullah
juga telah mengajar kita umat Islam tentang banyak perkara termasuklah bab-bab
pengurusan dalam kehidupan seharian sebagai Muslim. Islam telah mengajar
umatnya tentang perkara hatta sekecil memotong hinggalah kepada sebesar bab
bernegara dan berkhilafah. Ini jelas menyokong konsep kesyumulan Islam
tersebut.
Dalam bidang
pengurusan kita hari ini banyak berkiblatkan Barat atau orang bukan Islam dalam
membudaya dan mengamalkan bab yang berkait dengan pengurusan padahal Islam
seusai kewujudan telah mengariskan perkara tentang pengurusan melalui akhlak
dan perlakuan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Peringkat
seterusnya akan memfokuskan tentang pengurusan dilakukan oleh Nabi Muhammad
dalam menguruskan perkara sekecil makan dan minum menurut yang dijelaskan oleh
perawi-perawi hadith yang mana telah dibukukan untuk dijadikan qudwah oleh kita
sebagai seorang Islam yang beriman dan meletakkan keyakinan seratus peratus
kepada Allah SWT.
Diriwayatkan
daripada Abdullah bin Umar r.a, sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda:
"Apabila
salah seorang di antara kamu makan, hendaklah dia makan dengan menggunakan
tangan kanannya dan apabila dia minum hendaklah dia minum dengan menggunakan
tangan kanannya kerana sesungguhnya syaitan itu, dia makan dengan menggunakan
tangan kirinya dan minum juga dengan menggunakan tangan kirinya." (Hadis
riwayat Imam Muslim).
- Memulai makan dengan mengucapkan Bismillah.
Berdasarkan
hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
“Apabila
salah seorang diantara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: ‘Bismilah.’ Dan
jika ia lupa untuk mengucapkan Bismillah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan
‘Bismillahi Awwalahu wa Aakhirahu (dengan menyebut nama Allah di awal dan
diakhirnya).’” (HR. Daud
Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih
Ibnu Majah: 3264)
Nasihat
Rasulullah kepada anak kecil sebagaimana sabda Nabi, ‘Wahai anak, bacalah Bismillah dan
makanlah dengan tangan kananmu’ (HR Bukhari, no 5376)
Seorang
muslim hendaknya berusaha untuk selalu membaca bismillah ketika akan
makan. Apabila ia lupa dan ingat ketika di pertengahan makan, maka
hendaknya ia membaca: Bismillahi
fi awwalihi wa akhir (Dengan nama Allah di awal dan di akhir).
Seseorang
yang tidak membaca Bismillah,
maka syaitan akan makan bersamanya dan dia akan memakan makanannya,
sebagaimana yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah bersabda, ‘Apabila seseorang memasuki rumahnya
dan berdzikir kepada Allah ketika ia masuk dan ketika akan makan, maka setan
berkata: “Tidak ada kesempatan menginap dan makan malam bagi kalian”.
Apabila ia
masuk rumahnya namun ia tidak berdzikir kepada Allah, maka syaitan berkata: “Kalian mendapatkan tempat
menginap” Apabila ketika makan tidak berdoa maka setan berkata: “Kalian
mendapatkan tempat menginap dan makan malam” (HR Muslim)
Itulah
sebabnya Rasulullah mengajarkannya kepada Umar bin Abi Salamah yang masih
kecil, ‘Wahai anak! Bacalah
bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu’ (HR Bukhari no 5376)
Dalam riwayat
lain Rasulullah bersabda, ‘Apabila
anda makan, maka ucapkan bismillah’ (Shahihah, no 344) ‘Apabila salah seorang di antara
kamu makan, maka ucapkanlah bismillah. Apabila dia lupa mengatakannya di
permulaan makan maka ucapkan, “Dengan nama Allah, di awal dan diakhirnya” (HR Tirmidzi, no. 1858-shahih)
Demikianlah
yang diajarkan Rasulullah dalam setiap hadistnya. Beliau tidak
menambahnya dengan (ar
rahmaan ar rahiim) sebagaimana yang sering dilakukan kebanyakan
orang. Dalam hadist lain disebutkan, ‘Apabila
dihidangkan makanan kepada Rasulullah beliau mengucapkan bismillah’ (HR Ahmad, no 19179 dan Shahihah, no
71)
Dengan
demikian tambahan ar
rahmaan ar rahiim tidak pernah diajarkan Rasulullah. Maka
harus kita tinggalkan disaat makan. Jangan menambah, “Apa beratnya
menambah ar rahmaan ar
rahiim?. Kalimat tersebut baik dan tidak dosa mengucapkannya”
Tetapi harus
kita perhatikan dengan adil, Pertama, jika itu baik, nescaya Nabi akan
melakukannya. Namun beliau tidak melakukannya. Kedua, hal demikian
termasuk membebani diri dengan sesuatu yang tidak pernah di bebankan oleh
syariat. Sebaiknya ditinggalkan. Ketiga, hal itu jauh dari tuntunan
Rasulullah yang tidak menambahkan dengan ar
rahmaan ar rahiim, Rasululah bersabda, ‘Barangsiapa melakukan suatua amalan yang tidak pernah
kami perintahkan, maka ia akan tertolak” (HR Muslim, no 4468). Juga
hadist ini, “Setiap yang
bid’ah adalah sesat” (HR
Muslim, no 2002)
Ada banyak
atsar penjelas dari hadits2 diatas. Misalnya, “tidak boleh menambahkan sesuatupun dalam hal ibadah,
kemudian terus membiasakannya, padahal syariat sudah mengajarkannya kepada
kita”.
Ada seorang
yang bersin di samping Abdullah bin Umar dan berkata, “Segala puji bagi Allah dan
keselamatan untuk Rasulullah” Ibnu Umar berkata, “Bukan ini yang diajarkan
Rasulullah. Beliau mengajarkan kami untuk mengucapkan: Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah) (HR
Tirmidzi, no 2738 shahih)
- Makan Dengan Tangan Kanan
Nasihat
Rasulullah kepada anak kecil sebagaimana sabda Nabi, ‘Wahai anak, bacalah Bismillah dan
makanlah dengan tangan kananmu’ (HR Bukhari, no 5376)
Wajib bagi
setiap muslim untuk makan dan minum dengan tangan kanannya, serta membiasakan
anak anaknya melakukan yang demikian. Jangan sama dengan syaitan atau
musuh musuh Allah lainnya yang makan dengan tangan kiri. Diriwayatkan
oleh Abdullah bin Umar, Rasulullah bersabda, “Apabila seorang d iantara kamu makan maka makanlah
dengan tangan kanannya, apabila ia minum maka minumlah dengan tangan
kanannya. Sesungguhnya syaitan makan dengan tangan kirinya dan minum
dengan tangan kirinya” (HR
Muslim, no 5233)
Rasulullah
bersabda kepada seorang wanita yang makan dengan tangan kirinya, ‘Janganlah kamu makan dnegna tangan
kirimu. Karena Allah telah membuatkan untukmu tangna kanan atau Allah
telah memberimu tangan kanan’ (HR Ahmad dan di shahihkan oleh syaikh Albani dalam
Jilbab Muslimah hal 71 cet. I)
Itulah
sebabnya Ibnul Qayyim mengatakan, ‘Makan dengan tangan kiri diharamkan’ (Zaadul
Ma’ad, 2/405). Karena tangan kanan digunakan untuk sesuatu yang mulia
seperti berjabat tangan, bertashbih, memberi, mengambil dll (HR Ibnu Majah, no
3329-shahih)
Juga larangan
Rasulullah untuk memegang kemaluan dan beristinjak dengan tangan kanan (HR Bukhari
no 135). Maka sangat tepat kalau makan khusus dengan tangan kanan, kerana
itu sesuai dengan akhlak yang mulia dan sopan.
- Hendaknya mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah.
Sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
“Barangsiapa
telah selesai makan hendaknya dia berdo’a: “Alhamdulillaahilladzi ath’amani
hadza wa razaqqaniihi min ghairi haulin minni walaa quwwatin. Niscaya akan
diampuni dosanya yang telah lalu.”
(HR. Daud, Hadits Hasan)
Yang
artinya:
“Segala
puji bagi Allah yang telah memberi makan ini kepadaku dan yang telah memberi
rizki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku.”
- Hendaknya makan dengan menggunakan tiga jari tangan kanan.
Hadits
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
“Sungguh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dengan menggunakan tiga jari.” (HR. Muslim, HR. Daud)
Sunnahnya Makan Dengan
Menggunakan Tiga Jari Dan Sunnahnya Menjilati Jari-jari Serta Kemakruhan
Mengusap Jari-jari Sebelum Menjilatinya, Juga Sunnahnya Menjilati Piring Dan
Mengambil Suapan Yang Jatuh Daripadanya Terus Memakannya, Juga Bolehnya
Mengusap Jari-jari Sesudah Dijilati Pada Tangan, Kaki Dan Lain-lain Sebagainya
Dari Ibnu Abbas
radhiallahu'anhuma,katanya:"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda;
"Jikalau seseorang dari
engkau semua makan sesuatu makanan, maka janganlah mengusap jari-jarinya
sebelum menjilatnya - untuk mendapatkan keberkahan - atau menjilatkannya -
kepada orang lain seperti kepada anaknya, muridnya dan lain-lain."
(Muttafaq 'alaih)
Nomor:744
Sumber: riyadhus-shalihin
Hendaknya menjilati jari jemarinya sebelum dicuci tangannya.
Sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
“Apabila
salah seorang diantara kalian telah selesai makan maka janganlah ia mengusap
tangannya hingga ia menjilatinya atau minta dijilati (oleh Isterinya,
anaknya).” (HR. Bukhari
Muslim)
Apabila ada sesuatu dari makanan kita terjatuh, maka
hendaknya dibersihkan bagian yang kotornya kemudian memakannya.
Berdasarkan
hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
“Apabila
ada sesuap makanan dari salah seorang diantara kalian terjatuh, maka hendaklah
dia membersihkan bagiannya yang kotor, kemudian memakannya dan jangan
meninggalkannya untuk syaitan.”
(HR. Muslim, Abu Daud)
Hendaknya tidak meniup pada makanan yang masih panas dan tidak
memakannya hingga menjadi lebih dingin, hal ini berlaku pula pada minuman.
Apabila hendak bernafas maka lakukanlah di luar gelas, dan ketika minum
hendaknya menjadikan tiga kali tegukan.
Sebagaimana
hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu:
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk menghirup udara di dalam
gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” (HR. At Tirmidzi)
Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui batas.
Berdasarkan
sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
“Tidak
ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah
baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya
(memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya
dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk
bernafasnya.” (HR. Ahad, Ibnu
Majah)
Makan memulai dengan yang letaknya terdekat kecuali bila macamnya
berbeda maka boleh mengambil yang jauh.
Hadits
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
“Wahai
anak muda, sebutkanlah Nama Allah (Bismillah), makanlah dengan tangan kananmu
dan makanlah dari apa-apa yang dekat denganmu.” (HR. Bukhari Muslim)
Hendaknya memulai makan dan minuman dalam suatu jamuan makan dengan
mendahulukan (mempersilakan mengambil makanan terlebih dahulu) orang-orang yang
lebih tua umurnya atau yang lebih memiliki derajat keutamaan.
- Makan Secara Berjemaah
Termasuk hal
yang paling di cintai Allah, dianjurkan Rasulullah serta di berikan banyak
berkah adalah makan dengan cara berjamaah. Rasulullah bersabda, “Makanan yang paling dicintai
Allah adalah makanan yang banyak tangan memakannya” (Shahihah, no. 895)
Salah seorang
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya kami makan, tapi mengapa
tidak pernah kenyang?’ Rasulullah menjawab, ‘Mungkin kamu makan sendiri
sendiri”. Mereka menjawab, “Ya”
Lalu
Rasulullah bersabda, “Berkumpullah
pada makanan makananmu, dan bacalah nama Allah. Niscaya Allah akan
memberimu berkah padanya” (HR
Ibnu Majah-shahih)
Dengan
petunjukkan Rasulullah yang sangat jelas seperti ini, seharusnya kita sebagai
umatnya harus mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Tapi seringkali
orang menganggapnya sudah ketinggalan zaman karena merekasudah terbiasa makan
sendiri sendiri. Atau bisa juga karena telah berkurangnya keyakinan dan
cintanya kepada Nabi.
Dari Abu Huratrah
Radhiyallahu 'anhu , katanya: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
"Makanan untuk dua
orang itu dapat mencukupi tiga orang sedang makanan untuk tiga orang itu dapat
mencukupi empat orang." (Muttafaq 'alaih)
Nombor:751
Sumber: riyadhus-shalihin
Makan bersama sama hanya kita lakukan bila ada pesta
atau kenduri. Tetapi bila kita jarang diundang pesta, maka tentu saja
kesempatan untuk makan bersama menjadi jarang sekali terjadi.
Sebenarnya
ada banyak cara bagi kita untuk bisa makan
bersama sama dengan orang lain, tanpa harus ‘bersama sama’.
Misalnya masakan di rumah sehari hari. Mungkin kita bisa menyisihkan
sayurnya semangkok untuk tetangga sebelah kiri. Esoknya menyisihkan
sepotong ikan atau ayam dan sepiring nasinya (tentu setelah di tata dengan baik
sehingga indah dipandang, meski isinya hanya sepiring nasi dan sepotong lauk)
untuk di berikan kepada tetangga sebelah kanan.
Begitu
seterusnya. Pemberian kecil itu ibarat kita telah mengajak para tetangga
kita untuk makan bersama sama, meskipun tidak makan dalam waktu dan
ruang yagn bersamaan. Bukankah Rasulullah juga mengingatkan kita
untuk selalu memperbanyak kuah bila sedang memasak makanan, dan sehingga
makanan itu bisa cukup untuk di bagikan kepada tetangga?
Banyak berkah
yang insyaAllah bisa kita dapatkan dengan kebiasaan seperti itu.
Selain kita bisa merasakan ‘kenyang’ karena telah makan bersama sama, maka
silaturahmi kita dengan tetangga bisa terjalin dengan lebih
erat. hal ini bahkan bisa memupuk rasa belaskasih kita dan
melembutkan jiwa. Jadi memang, seperti sabda Rasul, makan bersama
mengantarkan kita kepada banyak keberkahan
Tidak makan makan yang masih terlebih panas
Maukah anda
saya tunjukkan sumber keberkahan yang banyak di lupakan orang? Yaitu
seseorang yang tidak langsung mengkonsumsi makanan yang masih panas.
Tetapi dia menunggunya hingga agak dingin. Bila dibawakan sup, Asma
binti Abu Bakar menyuruh untuk dibiarkan agar hilang panas dan asapnya.
Dia berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah bersabda: ”Hal seperti itu lebih banyak berkahnya” (Fathul Mannan Takhrij
hadits Darimi, no 2180)
Abu Hurairah
juga berkata, ‘Janganlah memakan makanan, kecuali telah hilang asapnya’ (Irwa’ no 1978)
Para ulama
mencela orang yang makan makanan yang masih sangat panas dan tidak sabar
menunggunya hingga dingin. Dia menyangka tidak panas padahal
airmatanya sampai keluar, atau dia memuntahkan dari mulutnya, atau segera
meminum air dingin agar bisa masuk. Hal yang demikian tidak baik bagi pencernaannya.
(Kitab Al muakalah)
Sekarang,
muncul pertanyaan, sudah menjadi tradisi di banyak kalangan bahwa sebagian
minuman tidak bisa diminum kecuali masih sangat panas, seperti kopi atau bakso
pada makanan. Rasulullah menganjurkan untuk menunggu dengan sabar
hingga berkurang panasnya kemudian baru di konsumsi. Sehingga kita bisa
menikmatinya dalam keadaan hangat yang menyenangkan dan melegakan.
- Makan
sambil bersandar makruh
Dari Abu Juhaifah yaitu Wahab bin
Abdullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , katanya: "Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: "Saya tidak akan makan sambil bersandar -
muttaki'." (Riwayat Bukhari)
Al-Khaththabi berkata: Almuttaki'
di sini ialah orang yang duduk sambil bersandar pada kasur yang diletakkan di
bawahnya." Katanya: "Orang itu bukannya berkehendak akan duduk di
atas kasur atau bantal-bantal seperti kelakuan orang yang menghendaki untuk
memperbanyakkan makanan, tetapi ia duduk sambil gelisah duduknya dan tidak
tenang, juga makannya itu secukupnya belaka. Inilah yang diucapkan oleh
al-Khaththabi.
Selain al-Khaththabi
mengisyaratkan bahwasanya muttaki' ialah orang yang miring duduknya pada
lambungnya yang sebelah. Wallahu a'lam.
Nomor:742
Sumber: riyadhus-shalihin
- Perintah
Makan Dari Tepi Piring Dan Larangan Makan Dari Tengahnya
Dari Ibnu Abbas radhiallahu
'anhuma dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , sabdanya:
"Keberkahan itu turun di
tengah makanan, maka makanlah engkau semua dari kedua tepi makanan itu dan
janganlah makan dari tengahnya."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu
Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Nomor:740
Sumber: riyadhus-shalihin
- Kemakruhan
Meniup Dalam Minuman
Dari Ibnu Abbas radhiallahu
'anhuma bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kalau ditarik
nafas dalam wadah - waktu minum - atau ditiupkan di dalamnya."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi
dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Nomor:762
Sumber: riyadhus-shalihin